Antara Usaha dan Pertolongan Allah

Diambil dari Buku “Belajar dari Dua Umar”
Pengarang : Hepi Andi Bastoni

Rumah Rasulullah SAW sudah dikepung. Sebelas gembong penjahat dari beragam kabilah mengintai dari bilik persembunyiannya. Masing-masing bersiaga dengan senjata terhunus. Mata mereka yang liar nyaris tak berkedip mengawasi setiap celah yang memungkinkan Rasulullah SAW keluar.
Dalam situasi yang amat penting itulah, Rasulullah menyuruh Ali bin Abi Thalib tidur ditempatnya sambil mengenakan selimut yang biasa beliau pakai. Kemudian, beliau keluar dari rumahnya tanpa diketahui para pengepungnya. Rasulullah langsung menuju rumah Abu Bakar Ash Sidiq. Lewat pintu belakang, keduanya menempuh perjalanan ke arah selatan sejauh 5 mil.

Keduanya tidur Gua Tsur, diatas puncak sebuah bukit yang cukup tinggi. Selama tiga hari keduanya bersembunyi di gua tersebut. Setelah mengetahui keadaan cukup aman, ditemani seorang penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith, Rasulullah dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan kearah selatan. Setelah melewati daerah pantai dan tempat sepi yang nyaris tak pernah dilewati orang, mereka berbalik arah kearah Madinah. Pada Senin, 8 Rabiul Awwal tahun ke-14 dari kenabian, bertepatan dengan 23 September 622 M, Rasulullah SAW tiba di Quba’. Disana beliau mendirikan masjid dan tinggal selama 4 hari. Setelah itu bersama beberapa orang sahabat yang menjemputnya, beliau bergerak menuju madinah.

Kisah perjalanan hijrah Rasulullah SAW tersebut tak asing lagi bagi kita. Sebuah kisah yang sarat pelajaran. Ia tak hanya menjelaskan peristiwa pindahnya Rasulullah dari tanah kelahirannya, Mekkah menuju negeri hijrah, Madinah. Tapi, menyimpan beragam strategi, taktik dan siasat jitu menghadapi musuh.

Keberhasilan Rasulullah SAW menyelematkan dari kepungan dan kejaran orang-orang yang ingin membunuhnya itu, tak cukup dijelaskan semata karena pertolongan Allah. Meski itu yang paling utama, tapi sisi usaha Rasulullah sebagai seorang manusia pun sangat nyata. Bahkan, kalau kita teliti, pertolongan itu Allah itu muncul dan menjadi kunci keberhasilan setelah segenap usaha dilakukan.

Untuk mengetahui mereka yang mengepung rumahnya, Rasullulah SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk tidur diperaduan beliau. Beliau juga sudah memerkirakan, musuhnya akan mengejar ke arah Madinah. Untuk itu ia sembunyi di Gua Tsur yang letakknya berlawanan dengan arah Madinah. Rasullulah SAW juga menyuruh Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar untuk menggembalakan kambing disekitar  dan sepanjang jalan ke gua. Selain untuk diambil susunya, juga untuk menghilangkan jejak.

Untuk mengetahui keadaan lawan, Rasulullah SAW menyuruh Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka di gua dan sebelum matahari terbit ia sudah berada lagi di Makkah. Dengan demikian, Rasulullah mengetahui semua rencana orang-orang kafir yang terus mengejar dan ingin membunuhnya. Sebaliknya, orang-orang kafir tak pernah mencurigai karena Abdullah bin Abu Bakar selalu mereka disiang hari.

Selama tiga hari bersembunyi didalam gua, Rasulullah dan Abu Bakar tidak kelaparan karena Asma’ selalu mensuplai makanan buat mereka. Dengan cerdik, putri Abu Bakar itu menyelipkan makanan yang dibawanya dipinggang. Karenanya dalam sejarah ia dikenal dengan Dzatun Nithaqain (pemilik dua ikat pinggang).

Namun semua itu hanyalah usaha maksimal manusia. Yang berhak menentukan keberhasilan dan kegagalan hanyalah Allah. Buktinya walaupun Ali bin Abi Thalib sudah diperintahkan tidur ditempat Rasulullah SAW, tetap saja ada diantara para pengepung yang sempat mengetahui beliau sudah keluar. Kekuasaan Allah jualah yang mampu menutup mata dan hari para pengepung sehingga Rasulullah berhasil menyelamatkan diri.

Meski sudah berusaha semaksimal mungkin mengatur siasat, tetap saja para pengejar berhasil menemukan tempat persembunyian Rasulullah SAW dan Abu Bakar. Hanya kekuasaan Allah jualah yang mampu menggerakkan hati orang-orang kafir itu untuk tidak melongok ke dalam gua. Kekuasaan Allah jualah yang telah menggerakkan hati burung merpati untuk bertelur didepan pintu gua. Kekuasaan Allah pula yang memerintahkan laba-laba untuk merangkai sarangnya menutupi pintu gua. Dengan demikian, orang-orang kafir yang saat itu sudah berdiri di muka gua tetap curiga didalam nya ada Rasulullah SAW dan Abu Bakar sedang bersembunyi.

Meski sudah berusaha semaksimal mungkin memilih jalan paling aman ke Madinah, tetapi tetap saja Suraqh bin Naufal mampu menemukan mereka. Lagi lagi hanya karena pertolongan Allah yang menyebabkan kaki kuda Suraqh terperosok sehingga menyebabkannya tak sanggup menangkap atau membunuh Rasulullah SAW.

Tak hanya pada peristiwa hijrah hal ini terjadi. Menghadapi pasukan Ahzab yang jumlahnya berlipat ganda Rasulullah SAW dan kaum muslimin sudah menggali parit yang mengitari hampir setengah keliling Madinah. Rasulullah SAW pun menyuruh Hudzaifah Ibnul Yaman untuk mengintai keadaan lawan. Beliau juga membolehkan Nuaim bin Mas’ud untuk memecah belah pasukan musuh. Namun bukan itu yang membuat lawan kalah. Bukan itu yang membuat lawan tercerai berai. Itu hanyalah usaha manusia. Yang memenangkan pertempuran adalah Allah. Dengan mengirimkan angin, Allah membuat pasukan Ahzab kocar kacir. Mereka lari tunggang langgang meninggalkan medan pertempuran dengan rasa takut yang mencekam.

Begitulah perjuangan. Ia tak hanya cukup dengan kerja keras dan usaha maksimal, tetapi juga memerlukan bantuan dari Allah. Sebaliknya, bantuan dari Allah tak bisa turun begitu saja, ia memerlukan usaha yang maksimal. Dua faktor ini ibarat dua mata keping yang tak dapat dipisahkan. Keduanyalah yang dapat menyebabkan lahirnya keberhasilan.

Dalam keadaan sekarang dua faktor ini tak bisa diabaikan. Kalau musuh sudah mengerahkan segala dayanya untuk memusnahkan umat islam, seharusnya kaum muslimin pun demikian. Menghadapi berbagai serbuan dari pihak musuh diperlukan strategi jitu, kecerdasan otak dan usaha yang besar. Kemenangan memang akan menjadi umat islam. Tapi bukan tugas kita untuk menunggu. Tugas kita berusaha.

Karenanya datangnya pertolongan Allah itu bersyarat. Ia akan datang hanya kepada mereka yang telah berusaha menolong Agama NYA. Allah berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong Agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs Muhammad – 7).

Jadi jangan berharap pertolongan Allah akan muncul kalau kita tak pernah berusaha menolong Agama-Nya. Pertolongan Allah tidak gratis.

….