10 Jam Pertama

Hari itu tampak begitu cerahnya, karena sang surya dengan jelas berada diatas kepala ku. Teriknya matahari sangat menyengat dikulitku, yang ketika itu hanya mengenakan kemeja pendek putih. Jam ditangan ku menunjukkan pukul 12:30 siang pada tanggal 5 juli 2008, selepas acara sunatan massal di Masjid Al-Muhajirin ku langsung bergegas pulang kerumah untuk bersiap-siap untuk melanjutkan aktifitas berikutnya. Istri ku yang kala itu sudah menunggu dirumah, tengah mempersiapkan perlengkapan yang harus kami bawa. Rencananya kami akan ke pergi ke daerah Jatinangor, kampus UNPAD (Universitas Padjajaran) tempat kakak ipar ku kost melanjutkan studi S2 nya. Kakak ipar ku mengajak kami, istri dan anaknya, mertua ku dan istri ku untuk berlibur di ‘kediaman’nya di sekitar kampus UNPAD. Mertua ku dan kakak iparku berserta istri dan anaknya berangkat duluan sekitar jam 10 pagi. Aku dan istri ku berangkat menyusul kemudian, setelah mengikuti acara di Masjid.

Baju, celana, handuk, alat mandi dan perlengkapan lainnya kami masukkan kedalam satu daypack berwarna hitam. Sedangkan makanan dan minuman dimasukkan kedalam tas kecil istri ku. Setelah dirasa cukup perlengkapan yang kami bawa untuk keperluan 1 hari 1 malam, kami langsung berangkat pukul 14:00, sandal jepit gunung kesukaanku merk eiger menemani ku dalam melangkah menuju jalan raya pondok gede. Tampak ceria sekali wajah istriku kala itu, maklum saja ini adalah bakal jadi perjalanan panjang kami setelah menikah, he..he.. maklum pengantin baru masih senang-senangnya jalan berduaan, kami menikah tanpa didului yang namanya proses pacaran. Alangkah indahnya pacaran setelah menikah, kita akan menemukan hal-hal yang baru yang sebelum kita belum temukan, kita tidak perlu ragu untuk memegang tangannya bahkan menjadi tempat sandaran kepala bagi dia, hal yang sebelumnya dilarang dalam agama sekarang dihalalkan bagi kita karena dia adalah pacarku dan istriku juga.

Kami awali perjalanan kami dengan menaiki angkot coklat K02 ke arah terminal bekasi, nampak istriku kelelahan dan sedikit terlelap dibahu kiriku, karena sebelumnya istri ikut membantu acara di Masjid. Sesampainya diterminal bekasi, kami langsung mencari bus-bus luar kota tetapi kami harus jalan beberapa meter dulu untuk dapat sampai. Sempat kakak ipar ku hari sebelumnya kasih informasi ancar-ancar angkot untuk menuju kampus UNPAD, dia bilang naik bus yang ke arah sumedang itu katanya lewat Unpad, atau ke arah cimahi turun di Cileunyi trs lanjut naik angkot kecil lagi begitu katanya pasti, tanpa ku bertanya kritis lagi, dan dengan pembawaan yang yakin kami menuju terminal bus.

Sesampainya diterminal, seperti layaknya yang namanya terminal-terminal lainnya, banyak sekali calo-calo bus menawarkan ‘keahliannya’ dalam menggaet calon penumpang dengan menyebut-nyebut bus jurusannya. Sontak yang teringat dipikiran ku langsung menyebutkan nama Sumedang, maksudnya biar langsung gak perlu naik angkot lagi setelah itu.
calo bus: “sumedang.. sumedang langsung berangkat..”
Pandangan kami langsung tertuju kepada bus 3/4 disebelah kanan kami, lalu aku tanyakan
aku: “lewat kampus UNPAD”,
calo bus: “unpad ?” (mungkin bingung)
aku: “iya. universitas padjajaran yang di jatinangor”
calo bus: “iya. lewat-lewat”
mendengar bus 3/4 tadi lewat kampus UNPAD, langsung aku melihat kaca depan bus tersebut bertuliskan “Bekasi – Wado”. Dalam pikiranku bertanya “Wado, daerah mana itu ?”, karena telah mendengar sayu-sayu calo bus tadi bilang lewat, tanpa pikir panjang lagi kami langsung menaiki anak tangga bus tersebut, dan ternyata kami penjadi penumpang pertama yang ada dibus tersebut, aku berpikir “Kalo begini kejadian, kapan berangkatnya tapi yah sudahlah menunggu saja dan nikmat perjalanan ini” kata ku. Aku langsung rebahkan daypack ku yang dari tadi kupanggul dengan gagahnya, ku letakkan diatas pahaku untuk mencoba beristirahat sejenak

still on progress…